Mematahkan stigma underestimate society “loh anak NTB bisa sekolah sampai sini? Jauh juga ya”

Sudah menjadi hal yang lumrah ketika para pemuda pemudi dari daerah-daerah jauh dari ibokota dan peradaban sekolah dan mulai merantau di anggap remeh oleh para pemuda pemudi anak kampung situ. Mereka secara general dan mengkotak-kotak-an dirinya menjadi anak lokal dan anak daerah yang dianggap tidak berkompeten. Kerisauan ini kemudian dirasakan oleh banyak pemuda-pemudi yang baru keluar dari daerahnya untuk mengmeban pendidikan diluar sana tidak terkecuali dirasakan oleh anak-anak dari Nusa Tenggara Barat seperti saya. Hidup sebagai anak daerah yang baru akan belajar di luar daerah dengan kondisi lingkungan dan budaya yang cukup berbeda benar-benar menguji mental dan kesiapan para pemuda-pemudi daerah seperti saya.

Stigma anak daerah kurang update, tidak berkompeten, kurang gaul, tidak bisa nge-event, tidak pandai berorganisasi, kerjaannya rusuh, tidak berprestasi dan sebagainya berkembang pesat sadar-tidak sadar diluar sana. Hal-hal semacam itu bukan seluruhnya kesalahan individu yang ditakdirkan hanya bisa tinggal, sekolah dan bermain di daerah. Masalah ini bukan hanya dialami satu dua orang , tapi mayoritas pemuda-pemudi yang baru akan keluar dari zona nyaman-nya. Kemampuan seseorang ketika berada dilingkungan baru tentunya berbeda-beda, namun hal-hal semacam ini bukan merupakan hal kaku yang tidak bisa dirubah. 

Mari kita breakdown permasalahan yang mungkin dapat diselesaikan dari otak para remaja muda daerah: Pertama sebut saja soft skill.

Menurut Elfindri dkk (2011: 67) : Soft skills merupakan keterampilan dan kecakapan hidup, baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta dengan Sang Pencipta. Dengan mempunyai soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa ditengah masyarakat. Keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun dan keterampilan spiritual. 

Lebih lanjut lagi Elfindri dkk (2011: 175) berpendapat soft skills sebagai berikut: Semua sifat yang menyebabkan berfungsinya hard skills yang dimiliki. Jika seseorang memilikinya dengan baik, maka ilmu dan keterampilan yang dikuasainya dapat mendatangkan kesejahteraan dan kenyamanan bagi pemiliknya dan lingkungannya. 

Soft skill bisa dilatih dimana saja dan kapan saja. Sekali lagi softs kill bukan merupakan suatu hal yang harus dipelajari diruang kelas dengan meja dan kursi yang tersusun rapi serta tutor yang handal. Soft skills dapat dilatih diluar ruang-ruang kelas, di jalanan, di lapangan, di museum, di acara music, di acara keagamaan, di kampung, di kampus, di pasar bahkan di selokan. Kemampuan berkomunikasi, kemampuan membangun positive society, kemampuan memimpin, kemampuan berbaur, kemampuan bermusik, kemampuan berorganisasi, kemampuan menyalurkan hobi sekalipun merupakan kemampuan yang sangat butuh di fasilitasi dan dibangun sejak dini. Sesederhana seorang ibu mengikutsertakan anak perempuannya khursus bermain drum karena sejak kecil putrinya suka membuat suara dengan ketukan-ketukan random namun berirama, kami para muda-mudi butuh ruang yang cukup untuk menyalurkan apa yang kami sebut passion dalam diri. Sesederhana seorang ayah menyuruh anaknya membeli gula di kios agar anaknya berani berbicara, kami butuh kesempatan dan tempat untuk melatih kemampuan kami berbicara dalam sebuah forum. Sesederhana kami diberi tugas menjadi ketua kelas oleh ibu guru, kami butuh forum untuk berbagi cerita dan melatih kemampuan memimpin sesuatu yang lebih besar. Generasi muda NTB butuh ruang untuk berkreasi di lingkungannya sebelum ia benar-benar siap keluar dari daerah asalnya. 

Sebagai mantan mahasiswa yang biasa-biasa saja, penulis merasa sangat-sangat biasa saja berada di lingkungan baru dengan percepatan 3000 kali lebih cepat dari daerah asal. Sangat banyak hal yang perlu dipelajari mulai dari 0. Hal dasar, Bahasa. Kendala utama yang sangat krusial dilingkungan baru, tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan mudah apabila kemampuan berkomunikasi seseorang cukup baik. Namun jika tidak? Butuh waktu yang cukup lama untuk berbaur dengan lingkungan baru dan Bahasa baru ynag terdegar asing. Itu baru masalah Bahasa, bagaimana dengan hal lain seperti kemampuan organisasi yang jujur, jarang kami dapatkan disekolah dahulu. OSIS bahkan satu-satunya organisasi di sekolah dulu tidak memberikan ruang bagi para siswa untuk belajar apa itu organisasi. Alhasil, menjadi mahasiswa baru yang plonga-plongo ketika berorganisasi tidak dapat dihindari.

Menciptakan ruang diskusi non-formal diluar kelas merupakan hal yang cukup urgent untuk peningkatan kualitas pemuda-pemudi NTB. Berikut beberapa kegiatan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk diterapkan di NTB:

1.Membangun forum-forum diskusi mengenai berbagai segmen pendidikan dimana tiap orang dapat ikut dalam forum tersebut sesuai dengan minatnya masing-masing. Seperti Forum Tangguh Bencana NTB yang fokus pada permasalahan bencana di daerah NTB mulai dari peneltian, media informasi hingga evaluasi.

2.Mengadakan lomba-lomba passioned seperti olahraga mulai dari kecamatan hingga provinsi. Mengadakan lomba photografi profil daerah, atau lomba aransemen lagu daerah yang memicu para pelajar berani mengekresikan dirinya lewat karya.

3.Membuat event skala daerah, nasional maupun internasional yang panitianya melibatkan para pelajar maupun mahasiswa daerah dan didukung penuh oleh pemerintah provinsi. Misalnya event memperingati ulang tahun provinsi NTB dengan membuat acara kedaerahan yang tidak lupa mengundang para pembicara maupun pengisi acara yang cukup menarik masa namun acara tersebut diorganisasikan pemuda-pemudi daerah agar kami belajar bagaimana membuat sebuah acara dengan tanggung jawab dan merasakan euphoria menjadi panitia sebuah acara.

Masih banyak ide-ide kreatif pemuda-pemudi yang perlu disalurkan, kadang untuk mewujudkan sesuatu kami hanya perlu didengar dan mendapatkan dukungan. Program seperti Beasiswa NTB adalah program yang sangat kami tunggu-tunggu dan sangat tepat sasaran. Pemuda-pemudi merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu dan menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa termasuk generasi untuk menghadapi Indonesia . Membangun generasi emas NTB  adalah sebuah impian besar tentang NTB yang unggul, maju bersaing dengan daerah-daerah lain, dan telah cukup dewasa untuk mengatasi isu-isu persoalan klasik, seperti korupsi, isu disintegrasi, dan kemiskinan. Untuk mewujudkan impian tersebut, kunci utamanya bukan kekuatan ekonomi, politik, atau militer, melainkan manusianya. Sesederhana yang diungkapkan oleh Anies Baswedan, "Pola pikir yang menganggap bahwa potensi utama sebuah bangsa adalah lautnya, tanahnya, tambangnya, adalah pola pikir para penjajah." Dengan demikian maka kualitas sumber daya manusia menjadi dasar dari impian”

Jenis: